Ketiga nara sumber yang dihadirkan memberikan 3 bahasan berbeda yakni ;
Permasalahan yang pelik di kawasan perbatasan yang melingkupi masalah pembangunan infrastruktur maupun hal lainnya menjadi hal yang seharusnya dijadikan tolok ukur pemerintah untuk lebih memperhatikan kawasan perbatasan. Letak Indonesia yang strategis sebagai lalu lintas laut dan udara dua benua menjadikan Indonesia wilayah yang rentan dengan permasalahan keamanan perbatasan.
Indonesia sebagai bangsa yang besar dan mempunyai wilayah yang luas baik daratan maupun lautan memiliki tantangan tersendiri untuk menjaga keutuhan dan persatuan serta kesatuan wilayahnya , apalagi posisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki karakteristik perbatasan yang rawan sengketa mengenai daerah perbatasan dengan negara tetangga yang dapat mengancam keutuhan bangsa dan negara indonesia.
Selama beberapa puluh tahun ke belakang masalah perbatasan memang masih belum mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah. Hal ini tercermin dari kebijakan pembangunan yang kurang memperhatikan kawasan perbatasan dan lebih mengarah kepada wilayah-wilayah yang padat penduduk, aksesnya mudah, dan potensial, sedangkan kebijakan pembangunan bagi daerah-daerah terpencil, terisolir dan tertinggal seperti kawasan perbatasan masih belum diprioritaskan.
Wilayah perbatasan Kalimantan Timur memiliki arti yang sangat penting baik secara ekonomi, geo-politik, dan pertahanan keamanan karena berbatasan langsung dengan wilayah negara tetangga (Sabah) Malaysia yang memiliki tingkat perekonomian relatif lebih baik. Potensi sumber daya alam yang dimiliki di wilayah ini cukup melimpah, namun hingga saat ini relatif belum dimanfaatkan secara optimal. Di sisi lain, terdapat berbagai persoalan yang mendesak untuk ditangani karena besarnya dampak dan kerugian yang dapat ditimbulkan.
Hal inilah yang melatarbelakangi workshop ini digelar dengan mengundang peserta yaitu mahasiswa Universitas Mulawarman yang berasal dari kawasan perbatasan Kalimantan Timur seperti Malinau, Nunukan dan Kutai Barat. Workshop ini dibuka oleh Pembantu Rektor IV Unmul Prof. Dr. Sukisno S. Riadi, SE., MM, bertempat di Ruang Rapat Utama lantai 3 Rektorat Unmul pada Kamis (31/10).
Sukisno, memberikan apresiasi kepada UPT Perbatasan Unmul menggelar workshop yang mengedepankan wawasan terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di kawasan perbatasan.
“Wawasan ini saya anggap penting, karena sebenarnya kalianlah yang akan menjadi patok pertahanan terakhir di daerah perbatasan, pengetahuan kalian tentang hukum dan ilmu-ilmu lainnya akan membantu daerah setempat tidak gampang untuk dibohongi,” tutur Sukisno.
“Pembangunan di kawasan perbatasan memang tidak bisa dilakukan cepat, namun perlahan tapi pasti, dengan dukungan semua pihak yang ada di negara ini, bukan di perbatasan saja,” tambahnya.
“Kita memerlukan tokoh-tokoh muda yang memiliki terobosan-terobosan baru untuk membangun kawasan perbatasan, saat ini diakui masih sangat kurang,” tutup Sukisno.
Workshop ini sendiri diketuai oleh Irman Irawan, M.Sc, workshop dilaksanakan dua sesi, dengan pembahasan 3 materi diatas serta materi di sesi berikutnya yakni “Pentingnya wawasan kebangsaan untuk percepatan pembangunan perbatasan” yang disampaikan BPKP2DT Provinsi Kaltim, serta “Pentingnya 4 pilar kebangsaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara”yang disampaikan oleh akademisi Unmul.
Published Date : 25/11/2013 01:33:51