Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) bersama Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Republik Indonesia (RI) melaksanakan Lokakarya Peningkatan Manajemen Riset dan Publikasi Ilmiah 2019.
Peserta yang berpartisipasi dalam lokakarya ini diikuti dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta di Wilayah Kaltim. Hal tersebut disampaikan Ketua FPPTI Kaltim, Supadi, S.Sos,. M.Si di Ballroom Hotel Selyca Mulia, Kota Samarinda. Jum’at, (30/08).
Kepala UPT Perpustakaan UNMUL itu juga menyampaikan, 60 Perguruan Tinggi berhasil diundang, sesuai target dari Kemenristekdikti. “Alhamdulillah dari target yang ditentukan tersebut bisa terpenuhi dan hadir hari ini para Pustakawan, Dosen hingga Peneliti. Keberadaan FPPTI memang masih baru, namun keberadaan dan kiprahnya dirasa sudah cukup baik. Kegiatan – kegiatan seperti hari ini sudah sering dilakukan, yang mana tujuannya adalah berbagi pengetahuan diantara Perpustakaan yang satu dengan yang lain,” jelasnya.
Diakuinya keberadaan e-journal sangat penting untuk diakses, karena berperan penting untuk berbagai aktivitas yang berkaitan dengan peneltian dan pengabdian kepada masyarakat khususnya bagi perguruan tinggi di Kaltim.
Kepala Seksi Jurnal Ilmiah Internasional, Kemenristekdikti RI, Lutfi Ilham Ramdhani, S.Sos, yang berkesempatan hadir menyatakan pada tahun 2019 ini, dari segi kuantitas Indonesia sudah mencapai peringkat pertama di ASEAN. Meksi begitu sebutnya, dari segi kualitas masih sedikit artikel yang disitasi dibandingkan negara – negara di ASEAN lainnya.
“Kebanyakan dari kita untuk publikasi yaitu lebih banyak di prosiding dari pada di jurnal, apabila kita merujuk data statistik. Oleh karena itu melalui lokakarya ini diharapkan selain dapat meningkatkan kuantitas namun dapat pula meningkatkan kualitas,” harapnya.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Hubungan Masyarakat UNMUL, Dr. Bohari Yusuf., M.Si membuka acara ini secara resmi. Sebelum membuka acara, diawal sambutannya dipaparkan saat ini output publikasi sudah cukup baik namun tidak pada sisi outcomenya.
“Hal ini ke depan perlu diantisipasi bersama karena di dalam indikator pemeringkatan pun porsi outcome lebih tinggi dari sebuah output apalagi input. Outcome yang dimaksud adalah hilirisasi produk kemudian pengabdian masyarakat, dan inovasi. Sementara saat ini kita masih berada pada peningkatan output publikasi ilmiahnya saja ” katanya. Aspek demikian, menurutnya adalah sebuah tantangan bersama yang harus dihadapi terlebih era teknologi yang saat ini sedang berlangsung. (hms/frn)
Foto: Firdan Farezal
Published Date : 30/08/2019 17:41:00