P2KPM-LP2M UNMUL Gelar Webinar Covid-19 Nasional Seri 2


Usia Muda Tidak Percaya, Lansia Rawan Meninggal

Meskipun pasien terkonfirmasi positif Coronavirus Disease (COVID-19) yang paling dominan adalah usia muda dalam rentang umur 19 hingga 45 tahun, namun pasien lanjut usia (Lansia) yang berumur di atas 45 tahun justru termasuk dalam kategori rawan meninggal. Berdasarkan usia penderita COVID-19, lebih dari 50 persen pasien terkonfirmasi positif berada dalam kelompok usia muda. Namun, kelompok usia ini juga memiliki peluang sembuh yang sangat tinggi. Sementara persentase kematian akibat COVID-19 yang terbesar justru berada dalam kelompok Lansia.

Fakta tersebut disampaikan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Balikpapan, dr. Dradjat Witjaksono, Sp.KJ. pada kegiatan Webinar COVID-19 Nasional yang digagas Pusat Pengembangan Kelembagaan dan Pengabdian Masyarakat di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P2KPM-LP2M), Universitas Mulawarman (UNMUL) bersama mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Relawan COVID-19 Nasional, Sabtu (05/09).

“Usia muda ini cenderung tidak percaya terhadap pandemi COVID-19 ini, bahkan ada yang mengganggap kasus ini sebagai teori konspirasi. Namun perlindungan paling ketat justru harus dilakukan terhadap Lansia,” ujar Dradjat.

Dalam kesempatan tersebut, dokter spesialis kesehatan jiwa ini menyarankan agar anak muda yang sedang sakit hendaknya tidak bertemu dengan keluarganya yang Lansia. “Mayoritas Lansia di Indonesia tinggal bersama tiga generasi yakni anak dan cucu. Apabila anak atau cucu ini sedang sakit, maka peluang untuk menular ke Lansia akan sangat besar dan bahkan menjadi lebih parah karena umumnya Lansia sudah memiliki penyakit kronis sebelum tertular,” jelasnya.

Kondisi ini, lanjut dokter Psikiater di RSJD Atma Husada Mahakam, Samarinda tersebut, diperparah dengan gangguan mental yang kerap melanda kaum Lansia, yang disebabkan oleh beberapa faktor fisik, psikologi, dan psikolososial.

“Paling rentan terjadi pada lansia, terutama wanita,” jelasnya. Untuk itu, Dradjat menyarankan orang-orang yang bekerja di tempat keramaian dan harus kontak erat dengan banyak orang, apalagi di zona merah, hendaknya tidak kontak dengan keluarganya yang Lansia.

Selain dr. Dradjat, webinar yang khusus diadakan sebagai rangkaian kegiatan KKN Tematik itu juga menghadirkan Dr. dr. Arie Ibrahim, Sp.BS (K) sebagai narasumber kedua. Pada webinar tersebut, dr Arie membawakan topik kelainan fisiologis yang terjadi pada lansia (brain pathophysiology in elderly). Menurut dr. Arie, Indonesia menuju struktur penduduk tua (ageing population) pada tahun 2035. “Persentase pendidik lansia pada tahun 2010 sekitar 7,56% dan diproyeksikan bisa meningkat menjadi 15,77% pada tahun 2023,” jelasnya.

Dosen pada Fakultas Kedokteran UNMUL itu lantas menjelaskan bahwa lansia cenderung memiliki masalah kesehatan lebih banyak dibandingkan usia muda, seperti hipertensi, artritis, penyakit jantung, stroke, ginjal kronis, hingga kanker. “Kondisi tersebut diperparah dengan kenyataan bahwa lansia umumnya mengidap kombinasi dari beberapa penyakit tersebut,” tambahnya.

Lebih lanjut dokter spesialis bedah syaraf di RSUD AW Syahranie itu menjelaskan tentang perkembangan otak mulai usia muda hingga lansia. Perkembangan otak dimulai dari embrio hingga semakin besar seiring perkembangan usia yang dikarenakan perkembangan sulcus yang ada di otak. Penyakit yang kerap menyerang sistem kerja otak pada lansia adalah Alzheimer yang disebabkan oleh kelainan patologis. “COVID-19 menyerang seluruh sistem yang bekerja dalam tubuh, yang sangat mempengaruhi kinerja otak,” jelas dr. Arie sembari mengingatkan perlu perhatian khusus untuk kesehatan lansia.

Webinar yang dimoderatori oleh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman yang juga Sekretaris IDI Provinsi Kalimantan Timur, Dr. dr. Swandari Paramita, M.Kes itu dihadiri lebih dari 500 peserta dari seluruh wilayah Indonesia yang menyaksikan melalui Zoom dan Youtube.

Pada kesempatan terpisah, Kiswanto, Ph.D selaku Koordinator P2KPM-LP2M UNMUL menyampaikan bahwa seluruh rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan Kampus berakreditasi A ini termasuk KKN Tematik Relawan COVID-19 Nasional memang ditargetkan untuk memberikan dampak nyata bagi masyarakat.

“Kegiatan KKN ini memang temanya adalah COVID-19 yang dilakukan secara daring dengan fokus luaran pada peningkatan kesadaran masyarakat terhadap bahaya yang ditimbulkan COVID-19,” ujar Kiswanto. Pada kesempatan tersebut, dosen pada Fakultas Kehutanan UNMUL itu menghimbau agar masyarakat ikut bergotong royong memutus rantai penyebaran COVID-19, dengan cara merubah kebiasaan hidupnya menjadi lebih sehat dan memperhatikan protokol kesehatan saat berinteraksi dengan orang lain. (kis/p2kpm/lp2m/hms/frn)

 

Link Terkait:

Webinar P2KPM-LP2M UNMUL: Sistem Pendidikan di Masa Covid-19

250 Mahasiswa UNMUL Jalani KKNT Covid-19

 

Published Date : 07/09/2020 23:59:00