Mahasiswa UNMUL Jadi Delegasi Kaltim di Muhibah Budaya Jalur Rempah


Mengarungi Samudera Nusantara dengan KRI Dewaruci

Melalui seleksi ketat dan panjang, mulai dari seleksi administrasi, tes kekuatan fisik dan mental, hingga tes pengetahuan juga tes kesehatan, tiga mahasiswa Universitas Mulawarman (UNMUL) dengan membawa misi budaya, mewakili provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) untuk berlayar dengan Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci untuk menelusuri titik-titik Jalur Rempah di Nusantara.

Mereka adalah Dede Wahyudi dan Badaruddin berasal dari Prodi Hukum, Fakultas Hukum, serta Muhamad Agung Krisna Adi asal Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terpilih menjadi peserta Muhibah Budaya dan Festival Jalur Rempah bersama pemuda – pemudi berprestasi dari 34 Provinsi di Indonesia.

Aktivitas ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk merevitalisasi nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia. Muhibah Budaya yakni sebuah platform untuk mengembangkan dan memperkuat ketahanan budaya serta diplomasi budaya di dalam dan luar negeri, serta memaksimalkan pemanfaatan Cagar Budaya (CB) dan Warisan Budaya Tak benda (WBTb).

”Kegiatan ini dilaksanakan oleh Kemendikbudristek bekerjasama dengan TNI AL Melakukan pelayaran dengan KRI Dewaruci dari Surabaya-Makassar-Baubau atau Buton-Ternate-Banda, dan Naira-Kupang,” jelas Dede Wahyudi kepada Humas UNMUL.

Melalui kegiatan ini pungkasnya, memberikan banyak manfaat khususnya bagi masyarakat bagaimana bisa terus melestarikan dan merevitalisasi nilai-nilai budaya yang ada di daerahnya masing-masing. Kegiatan ini juga sebutnya, mendukung Kemendikbudristek untuk mengajukan Jalur Rempah ke UNESCO sebagai warisan Budaya Dunia.

“Indikator penilaian dari kegiatan ini adalah melihat potensi yang ada pada setiap peserta bagaimana kedepannya bisa menjadi agen perubahan untuk merevitalisasi nilai-nilai budaya yang ada di daerahnya dan setiap peserta juga diwajibkan bisa berenang,” sebutnya ketika diwawancara via pesan singkat berbasis aplikasi Smartphone.

Peserta Muhibah Budaya sambungnya, adalah putra putri terbaik dari tiap-tiap Provinsi yang di seleksi masing-masing di daerahnya. Peserta juga dari berbagai Universitas yaitu Universitas Pertahanan, Universitas Indonesia, Universitas Pertamina, Universitas Sulawesi Barat, Universitas Mulia dan UNMUL sendiri.

 

“Kegiatan ini dilaksanakan mulai dari tahun 2021 melalui proses seleksi yang cukup ketat. Pada kegiatan ini kita diberikan tugas setiap bulannya untuk membuat karya tulis dan konten tentang Budaya yang ada di daerah masing-masing serta melakukan pelayaran menyusuri Titik Jalur rempah yang ada di Nusantara,” tuturnya ketika ditanya proses mengikuti kegiatan ini.

Disinggung mengenai dukungan pihak Kampus, Dede menegaskan, dukungan penuh telah didapatkan dirinya dan sebagai tim dari segi pembiayaan dan hal terkait lainnya. “Menjadi hal yang berdampak positif bagi kampus saat kami mengikuti kegiatan ini. Dukungan dari pihak Kampus pun tak luput dari itu, khusus dari pihak Fakultas yang mendukung kegiatan kami baik dari segi finansial maupun media yang kami butuhkan saat mengikuti kegiatan ini,” urainya.

Diketahui, Kemendikbudristek, melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar Muhibah Budaya Jalur Rempah yang sebelumnya tertunda karena pandemi Covid-19. Kegiatan ini merupakan pelayaran menggunakan kapal latih TNI Angkatan Laut, KRI Dewaruci, yang membawa pemuda-pemudi pilihan dari 34 provinsi dengan tujuan untuk napak tilas Jalur Rempah Nusantara.

Peserta disebar dalam empat titik pergantian atau pertukaran peserta, yakni Surabaya, Makassar, Ternate, dan Kupang. Jumlah peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah setiap koridor pelayaran sebanyak 134 orang dengan rincian 126 laki-laki dan 8 perempuan, yang terdiri dari awak TNI AL KRI Dewaruci sebanyak 80 orang, perwakilan provinsi 42 orang, pendamping atau mentor sebanyak 6 orang, dan awak media sejumlah 6 orang.

”Harapan dari kegiatan ini, sebagai generasi muda harus menunjukan semangat perubahan dan pelestarian terhadap budaya luhur yang ada di Indonesia mengingatkan Budaya Daerah menjadi identitas Indonesia. Apabila kita membiarkan budaya kita luntur begitu saja maka kita sebagai bangsa Indonesia akan kehilangan identitas kita,” tutup Dede Wahyudi. (hms/frn)

Published Date : 29/07/2022 16:15:00