Hari ini kita menyaksikan bersama suatu prestasi yang sangat berharga dan mulia serta kebanggaan UNMUL yaitu melahirkan 10 Guru Besar yang kita cetak. Tentu kehadiran dan lahirnya Guru Besar ini tidak berdiri sendiri, tidak lain atas izin Allah SWT, do’a kita bersama, perbuatan dan upaya kita bersama secara khusus kerja keras pengabdian dan penelitian yang dilakukan oleh para Guru Besar yang hadir 10 orang pada hari ini.
Hal demikian disampaikan oleh Rektor UNMUL Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si dalam acara Orasi Ilmiah dalam rangka pengukuhan 10 Guru Besar 2019 pada sidang terbuka Senat UNMUL, dengan tema “Revitalisasi Fungsi dan Manfaat Ekosistem Tropis Lembab. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Serbaguna Lantai Empat Rektorat UNMUL, Selasa (25/2).
“Saya tentu terharu dan bangga karena satu prestasi yang memang kami impikan dan canangkan di tahun 2019 Insha Allah target kami kemarin melahirkan 10 Guru Besar. Alhamdulillah target yang kami canangkan ternyata terlampaui yaitu 12 orang tapi yang hari ini pengukuhan baru 10 orang. Artinya ini sebagai bentuk indikator dan informasi kepada kita semua bahwa pidato atau orasi ilmiah pengukuhan Guru Besar adalah nantinya menjadi suatu kewajiban bagi seorang Guru Besar sebagai bentuk tanggung jawab dan informasi kepada kita semua sehingga masyarakat mampu memahami, mengerti dan mengetahui keahlian para Guru Besar yang kita hadirkan pada hari ini,” tutur Prof. Masjaya.
Lebih lanjut, Guru Besar dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) menambahkan, Insha Allah tahun 2020 UNMUL menargetkan 15 Guru Besar bahkan bisa 20 orang. Mohon do’a dan dukungannya Insha Allah target yang kami canangkan akan lahir apa yang menjadi harapan kami. Pengukuhan 10 Guru Besar ini merupakan sebagai bentuk atau gambaran kebersamaan, ataupun sebagai informasi. “Bahwa ini juga sebagai bentuk jawaban setelah ditunjuknya Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi Ibu Kota Negara (IKN) ada keraguan mampu apa tidak masyarakat secara SDM di Kaltim untuk menjadi suatu Ibu Kota Negara (IKN), mampu apa tidak masyarakat menjadi penduduk Ibu Kota Negara, mampu apa tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, jawabannya hari ini bisa dibuktikan,” ungkapnya.
“Kenapa saya katakan bisa dibuktikan, karena hampir semua kebutuhan masyarakat yang menjadi kebutuhan dasarnya hari ini secara ilmiah mampu dipertanggungjawabkan dan disampaikan oleh para Guru Besar. Saya contohkan misalnya ada salah seorang Guru Besar yang coba mengangkat padi lokal menjadi suatu kebanggaan Kaltim, ada Guru Besar yang mengangkat ikan perairan tentu dengan penanggulangan dan upaya penyakit yang akan dicoba digulirkan, ada Guru Besar yang mengangkat batu bara, ada Guru Besar yang mengangkat bahasa dan budaya, ada Guru Besar mengangkat hutan non kayu dari sisi pendekatan ekonomi, ada Guru Besar yang mengangkat kedaulatan energi, ada Guru Besar yang mengangkat akuakultur, bahkan yang tak kalah pentingnya dari seluruh aktivitas perlu diaudit, ada juga Guru Besar yang mampu mengaudit aktivitas ini,” jelasnya.
“10 Guru Besar ini kami tunggu karya nyatanya, bukti keilmuannya, aktivitasnya dalam menjawab semua problem dan menjawab semua keraguan masyarakat. Yakin saya, kalau 10 Guru Besar ini bersatu Kaltim Insha Allah dan UNMUL menjadi terbaik di Indonesia.” harapnya.
“Insha Allah bertambahnya Guru Besar setiap tahun merupakan bagian dari upaya untuk membesarkan dan mengangkat UNMUL tentu tidak hanya berhenti pada pengukuhan hari ini yang dituntut, ditunggu bahkan akan menjadi tagihan bagi masyarakat dimana padi lokalmu, dimana batu baramu, dimana kedaulatan energimu, dimana ikan pesisirmu dan segala macam obatnya, dimana hutan-hutan ekonomimu yang bisa dikembangkan bahkan bagaimana upaya memberikan keterbukaan dan akuntabilitas dari seluruh aktivitas,” pintanya.
Seperti diketahui 10 Guru Besar UNMUL yang dikukuhkan antara lain:
Sebagai tambahan informasi juga, Ke-10 Para Guru Besar tersebut menyampaikan orasi ilmiah secara bergantian masing-masing selama 15 menit. Satu diantara yang dikukuhkan pada hari ini ada Guru Besar termuda yang berusia 39 tahun yaitu Prof. Dr. Esti Handayani Hardi, S.Pi., M.Si dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK). (hms/zul)
Foto: Firdan Farezal dan Hartanto
Published Date : 25/02/2020 17:01:00