Di depan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ir. Wiratno, M.Sc, Kepala Pusat Rehabilitasi Hutan Tropis (Pusrehut) Dr. Sukartiningsih mengungkapkan fakta keadaan Tahura Bukit Soeharto saat ini. Hal ini ia ungkapkan pada Workshop Pengelolaan Kawasan Konservasi-KHDTK Tahura Bukit Soeharto, Sabtu (7/4) kemaren. Acara tersebut berlangsung di Seminar UPT LSHK/Pusrehut Universitas Mulawarman (UNMUL).
Sukartiningsih mengaku memiliki data dan peta mengenai keadaan Tahura Bukit Soeharto. Dari data tersebut, sangat terlihat aktifitas pertambangan batu bara semakin meningkat tanpa pengawasan pihak terkait. Bahkan aktifitasnya bukan sekedar tambang saja, tapi juga sudah merambah ada penanaman sawit yang dilakukan warga sekitar.
Tahura Bukit Soeharto seluas 20.271 ha, memang rentan terhadap aktifitas Tahura di luar peruntukannya. Oleh karena itu, menurut Bu Ning, begitu ia akrab dipanggil, mengungkapkan perlunya pengelolaan kawasan konservasi Tahura Bukit Soeharto dan perhatian semua pihak. “Kami sudah mencanangkan reboisasi untuk wilayah Tahura Bukit Soeharto, namun tidak setara dengan menjamurnya aktifitas diluar itu yang dilakukan oleh warga dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” ucapnya.
Mengingat tanggung jawab pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Penelitian dan Pendidikan Bukit Soeharto UNMUL sesuai SK. Menhut No. 160/MENHUT-II/2004 tanggal 04 Juni 2004, maka UNMUL memandang suatu hal penting untuk menyatukan pandangan dan sikap berbagai pihak terkait.
“Melihat kondisi Tahura Bukit Soeharto, memang sangat memprihatinkan dari waktu ke waktu, namun kita harus tetap optimis untuk mengatasi permasalahan ini, meskipun banyak tantangan didepannya,” tambah Guru Besar Fakultas Kehutanan UNMUL ini.
Menanggapi apa yang disampaikan Bu Ning, Direktur Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ir. Wiratno, M.Sc, mengajak semua pihak untuk belajar pada pengelolaan kawasan yang sama di daerah lain, misalnya kawasan wisata Tangkahan, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, meskipun diperlukan waktu yang sangat lama hingga semua tujuan tercapai.
“Kami mengajak masyarakat untuk bersama menjaga dan melestarikan kawasan tersebut, bahkan memberdayakan potensi hutan yang ada sesuai tujuannya. Pada kasus di Tangkahan, kami ajak masyarakat untuk membuat areal tersebut menjadi tempat wisata dan kemudian memutar roda perekenomian dan tidak merusak fungsi aslinya kawasan tersebut,” jelasnya.
Wiratno meminta semua pihak di Kalimantan Timur, baik pemerintah Provinsi Kaltim, LSHK Pusrehut UNMUL, hingga Kepolisian untuk duduk bersama membahas penanganan Tahura Bukit Soeharto, dan Dirjen KSDAE akan ikut untuk memfasilitasi pertemuan tersebut.
“Banyak persoalan pada pengelolaan Bukit Soeharto, namun mari kita ajak masyarakat untuk merasa memiliki Tahura Bukit Soeharto,” ucapnya.
“Sebagai contoh, Kawasan Gunung Merapi punya 150 personel untuk menjaga wilayah tersebut, mungkin untuk pertama kali yang harus dilakukan adalah menambah jumlah personel keamanan untuk wilayah ini, setidaknya aktifitas pertambangan dan perkebunan tidak berijin semakin menciut keberadaannya” saran pria yang gemar menulis buku ini.
Workshop ini dilaksanakan dalam bentuk Seminar sehari yang dilaksanakan oleh Pusrehut UNMUL, menghadirkan Dirjen KSDAE, Ir. Wiratno, M.Sc, Ketua FCU EPASS Tangkoko, Lilik Yuliarso dan Ketua Pusrehut UNMUL sendiri, Dr. Sukartingsih sebagai pembicara. Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara UNMUL dan Kementerian KSDAE untuk kerjasama dalam bidang pengelolaan Tahura Bukit Soeharto.
Hadirnya Ketua FCU EPASS Tangkoko, Suawesi Utara, Lilik Yuliarso adalah sebagai pembanding tentang pengelolaan kawasan konservasi, EPASS Tangkoko sendiri ialah satu kawasan konservasi di Sulawesi Utara yang berhasil mengelola kawasannya sesuai peruntukkannya.
Acara ini lebih detail bertema Workshop/FGD Pengelolaan Kawasan Konservasi KHDTK/Tahura Bukit Soeharto dan sekaligus Launching Penanaman Rehabilitasi DAS di KHDTK HPP Bukit Soeharto UNMUL yang digagas oleh UPT. Pusat Studi Reboissasi Hutan Tropika Humida (LSHK/Pusrehut) UNMUL. (hms/arc)
Published Date : 07/04/2018 14:00:00